Jumat, 30 Desember 2016

Mantram Sesontengan

Mantram Sesontengan

Sesontengan adalah ucapan penganteb banten dengan kata-kata biasa sehari-hari yang dilakukan oleh para walaka yang belum mempelajari puja ataupun mantra.

Tegasnya sesontengan bukan mantra. Mantra adalah Weda, yaitu wahyu Hyang Widhi yang tidak dapat diubah. Menafsirkan Mantra harus dilakukan oleh orang-orang suci yang ahli di bidang itu agar tidak menyesatkan masyarakat.

Untuk menghindari salah pemahaman, mantra harus diucapkan dalam bahasa aslinya, yaitu Sanskerta, dengan irama tertentu. Mantra utama yang populer di masyarakat adalah Puja Trisandya bait pertama yang dikenal sebagai Mantram Gayatri.

Mantra boleh diucapkan oleh siapa saja asalkan cara mengucapkannya benar, untuk tujuan suci, dalam situasi sakral, dan keluar dari lubuk hati kesucian. Mengucapkan mantra juga dapat disebut sebagai Memantra atau Maweda.

Para Pandita/ Pedanda (atau umumnya disebut Wiku) tidak dapat dikatakan memantra atau maweda karena Weda tidak diucapkan secara utuh baik pada waktu Nyurya Sewana maupun ketika muput karya.

Apa yang diucapkan sudah bercampur antara mantra dengan doa/ rapal dalam bahasa Kawi. Oleh karena itu beliau disebut MAPUJA atau MAMEOS.

Selain itu perlu diketahui bahwa Trisandya bukanlah mantram, tetapi Puja karena tidak seluruh baitnya Weda (Catur Weda).

Mudah-mudahan dengan penjelasan ini anda dapat membedakan antara: SONTENG, PUJA, DAN MANTRA.

Sumber : Stitidharma.org.

2 komentar:

  1. Photo Ⓒ Alain Secretan / ASITRAC
    https://www.flickr.com/photos/asitrac/12428255955/

    BalasHapus
  2. https://www.flickr.com/photos/asitrac/9319728222/

    BalasHapus