STRUKTUR PADMASANA
SERTA FUNGSI TINGKATANYA
DALAM AGAMA HINDU
DI BALI.
Sebelum kura-kura di paling bawah adalah yoni yang merupakan bangunan berbentuk tepas yang disebut pradana dan prakerti. Di atas yoni ada bunga teratai yang merupakan simbol stana Dewa Brahma (Brahma Bhaga). Dewa Brahma disimbolkan sebagai Bunga teratai karena dalam Kitab Purana (Brahma Purana, Wisnu Purana dan Siwa Purana), disebutkan Dewa Brahma lahir dari Bunga Teratai yang keluar dari pusar Brahman.
Kura-kura (empas) Bhedawangnala
Bhedawangnala ini dililit oleh dua ekor naga.
Kura-kura merupakan simbol stana Dewa Wisnu (Wisnu Bhaga). Bhedwangnala berasal dari Bahasa Kawi, ‘bheda’ yang berarti lain, kelompok, selisih, dan ‘wang’
Artinya peluang, kesempatan, ‘nala’ artinya api. Jadi Bhedawangnala adalah sekelompok yang meluangkan adanya api. Pengertian api ini bisa berarti nyata sebagai api bumi alias magma, dan bisa bermakna simbol dari energi kekuatan hidup.
Karena letaknya di bawah maka Bhedawangnala ini bermakna sebagai kekuatan bumi ciptaan Hyang Widhi yang perlu dijaga dan ditumbuh-kembangkan.
Naga 2 ekor
Kedua naga ini, Naga Anantabhig dan Basuki, membelit kura-kura.
Bangunan dasar padmasana dengan kura-kura dan naga ini berdasarkan pada cerita pemutaran Mandara Giri. Cerita mengenai usaha para dewa dan para raksasa mencari thirta amerta dengan jalan mengaduk lautan air susu (ksirarnawa). Tongkat pengaduknya mempergunakan Gunung Mandara, sedangkan sebagai dasarnya Dewa Wisnu mengubah dirinya menjadi kura-kura untuk penyangga. Tali pengikat gunung Mandara diminta Sang Hyang Ananta Bhoga. Kenapa dalam padmasana ada 2 naga dan disebutkan sebagai Naga Anatabhoga dan Naga Basuki?
Dalam Lontar Cri Purwana Tatwa dilukiskan bahwa pada saat manusia di dunia mengalami bencana kelaparan, Ida Sang Hyang Widhi memerintahkan Sang Hyang Tri Murti untuk terjun ke pertiwi. Batara Brahma berubah wujud menjadi Naga Anantanhoga, bulu-bulunya menjadi tumbuh-tumbuhan sehingga makmurlah manusia. (ananta = tidak habis-habisnya, bhoga = sandang, pangan dan papan).
Batara Wisnu terjun ke samudra sebagai Naga Basuki dan memberikan kekuatan hidup kepada air sehingga tumbuh-tumbuhan subur dan berbuah lebat. Sedangkan Batara Iswara turun ke angkasa dan berubah menjdan adi Naga Taksaka.
Jadi sebenarnya ada 3 naga dalam padmasana yaitu Naga Anantabhoga sebagai simbol dari tanah dan batu-batuan yang membungkus magma (Bhedawangnala). Lapisan berikutnya adalah lapisan air (air laut, danau sungai) yang disimbolkan dengan Naga Basuki. Sedangkan lapisan terakhir adalah udara yang di angkasa, disimbolkan sebagai naga yang memakai sayap.
Naga Anantabhoga dan Basuki membelit kura-kura, sedangkan Naga Taksaka (yang bersayap) digambarkan pada singgasana di bagian atas dari padmasana yang berbentuk menyerupai kursi, Untuk segi estetika Naga Taksaka ini dilukiskan 2 ekor, di kanan dan kiri kursi.
Naga Anantabhoga dan Basuki melambangkan alam bawah atau bhur loka. Badan padma termasuk singgasana melambangkan alam bwah dan madya loka sebagai atmosfer bumi. Sedangkan swah loka tidak dalam wujud bangunan tetapi pesimpen pedagingan.
Patung Garuda
Terletak di bagian belakang padmasana.
Merupakan kendaraan Dewa Wisnu, simbol Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai pemelihara.
Patung Angsa
Terletak di bagian belakang padmasana.
Merupakan simbol Sang Hyang Saraswati bermakna sebagai ilmu pengetahuan, ketelitian, kewaspadaan, ketenangan dan kesucian.
Karang Gajah, Karang Boma, Karang Buun, dll
Hiasan ini merupakan simbol keanekaragaman alam semesta.
Dari semua uraian di atas, kita bisa simpulkan bahwa padmasana merupaan stana Hyang Widhi Wasa yang dengan kekuatanNya telah menciptakan manusia sebagai makhluk utama dan alam semesta sebagai pendukung kehidupan, senantiasa perlu dijaga kelanggengan hidupnya.
Lokasi Padmasana :
Berdasarkan arah mata angin, padmasana dibedakan dalam 9 yaitu:
1. Padma Kancana : lokasi di timur menghadap ke barat
2. Padmasana: lokasi di selatan menghadap ke utara
3. Padmasari: lokasi di barat menghadap ke timur
4. Padmasana Linga: lokasi di utara menghadap ke selatan
5. Padma Asta Sadana: lokasi di tenggara menghadap barat laut
6. Padma Noja: lokasi di barat daya menghadap ke timur laut
7. Padma Karo: lokasi di barat laut menghadap ke tenggara
8. Padma Saji: lokasi di timur laut menghadap ke barat daya
9. Padma Kurung: lokasi di tengah-tengah, ada 3 ruangan, puncaknya menghadap ke pintu keluar.
Bentuk padmasana:
1. Padma Anglayang: memiliki singgasana bebauran marong tiga, strukurnya 7 palihan, pada dasarnya memakai Bhedawangnala yang dibelit naga.
2. Padma Agung: memiliki singgasana marong kalih, strukturnya 5 palihan, pada dasarnya memakai Bhedawangnala yang dibelit naga.
3. Padmasana: memiliki singgasana bebaturan marong siki, struktur 5 palihan, pada dasarnya memakai Bedawangnala dibelit naga.
4. Padmasari marong siki, strukturnya mapalih 3 yaitu dari bawah ke atas Palih Taman, Palih Sancak dan Palih Sari. Tidak memakai Bedawangnala dan naga.
5. Padma Capah marong siki, strukturnya mepalih kalih, yaitu ring sor disebut Palih Taman dan ring luhur disebut Palih Capah. Tidak memakai Bedawangnala dan naga.
Bangunan padma dibedakan dari bentuk, struktur dan jenisnya, namun mempunyai fungsi yang sama yaitu tempat atau stana Hyang Widhi Wasa, Selain itu jenis padma juga dibedakan dari proses penyelesaian upacara, pemelaspas dan penyuciannya.
Karena Pura merupakan tempat suci maka pada saat pemilihan lokasi pun sudah ada aturan-aturan yang harus diikuti. Lokasi yang dipilih harus tempat yang suci, tanah berbau harum, pada arah matahari terbit (lereng gunung, pada umumnya timur atau utara) serta harus merupakan arah hulu.
Setelah lokasi dipilih maka melakukan persiapan pembangunan, ngeruak karang, nyukat karang, nasarin, memakuh, ngurip-urip (mendem pedagingan). Untuk tahapan pembangunan Pura akan dbahas secara khusus.
Sumber : hindualukta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar